PESAWARAN, beritaindobesianet–Kunjungan Direktur PTPN VII Doni P. Gandamihardja dengan agenda Safari Ramadhan di Unit Waylima, Pesawaran, Jumat (23/4/21) menyempatkan menginspeksi kebun karet. Doni yang datang lebih awal dari jadwal mengajak Manajer Unit Waylima M. Baasith untuk melihat kondisi tanaman. Didampingi Sekretaris Perusahaan Bambang Hartawan, Kepala Bagian Akuntansi dan Keuangan Mario Ellyando Zein serta Manajer Unit Wayberulu Sugeng Budi Prasongko, mereka turun di Afdeling 2 yang merupakan tanaman tahun 2005.
Pada acara Safari Ramadhan yang diisi motivasi dari Direktur untuk karyawan dan siraman rohani oleh Ustadz Endang Khaidir berlangsung hangat. Bersamaan dengan itu, PTPN VII bekerjasama dengan PHBI dan Lazis PTPN VII juga menyerahkan santunan kepada 75 anak yatim dan duafa. Seratusan warga dan karyawan hadir pada acara yang digelar di pelataran Kantor Central itu.
Untuk kemaslahatan umat, Perusahaan juga membantu lima masjid di sekitar perusahaan. Yakni, Masjid Raoudlatul Jannah, Pasarbaru, Kedondong; Masjid Tawakkal Pampangan; Mushollah Al Ikhlas, Tangkit Serdang; Masjid Jamiatul Muslimin, Cipadang; Masjid Al Azhar, Cipadang, dan Yayasan Yatim Piatu Riyadul Jannah.
“Ini agenda tahunan setiap Ramadhan sebagai bentuk kepedulian PTPN VII kepada warga sekitar perusahaan. Kami ingin mengunduh berkah dari apa yang diikhtiarkan di kebun ini dari Alloh SWT, meminta dukungan masyarakat, dan sedikit memberi rasa gembira kepada anak-anak yatim,” kata M. Baasith.
Saat menginspeksi kebun, Doni P. Gandamihardja menelisik dengan sangat detail kondisi tanaman. Saat melintasi jalan produksi yang banyak lubang, Doni meminta Manajer untuk memperbaiki dengan mengalokasikan dana operasional.
“Saat ini harga karet sedang cukup bagus. Jangan sampai kita kehilangan momen gara-gara produksi nggak bisa keluar karena jalan rusak. Waktu tempuh getah ke pabrik yang lama juga bisa menurunkan kualitas dan efektivitas kerja,” kata dia.
Doni mengapresiasi prestasi Kebun Karet Waylima yang menduduki peringkat dua se PTPN Holding. Memasuki 2021, produktivitas karet Waylima juga naik signifikan dari 1,6 ton menjadi 1,9 ton per hektare.
Melihat kondisi langsung di lapangan, Doni menantang seluruh insan utama PTPN VII Waylima untuk menaikkan lagi menjadi 2,1 ton per hektare. Tantangan ini bukan tak berlasan, sebab, kata Doni, masih ada simpul-simpul masalah yang seharusnya bisa menaikkan produksi.
“Ini masih banyak tukulan (karet yang tumbuh dari biji yang jatuh) di gawangan. Kalau gawangan bersih, kan pekerja bisa lebih cepat. Kalau cepat, kan sadapan bisa lebih pagi dan masa derasnya lebih lama sehingga produksi akan naik,” kata dia.
Doni juga mewanti-wanti kepada penyadap untuk menyelamatkan investasi tanaman karet. Ia menyebut, tanaman karet itu dibangun untuk berproduksi selama 25—30 tahun. Dengan catatan, semua proses, terutama saat penyadapan dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
“Ini investasi sangat mahal. Untuk mulai menyadap saja, kita menunggu paling cepat empat tahun. Nah, kalau disadap asal-asalan sampai luka kayu, misalnya, kita kehilangan investasi sangat besar. Saya minta secara berkala dan terus-menerus melakukan tapping school (pelatihan menyadap sesuai standar). Jangan sampai luka kayu, maksimal ketebalan 1,5 mili, dan kedalaman maksimal satu mili dari kambium,” tambah dia.
Tantangan Direktur untuk menggenjot produksi sampai 2,1 ton per hektare disanggupi manajer dan beberapa asisten yang hadir. Namun, mereka meminta insentif, baik berupa premi pada setiap kenaikan produksi dan kepastian ketersediaan fasilitas kerja.
Menanggapi itu, Doni menyatakan setiap prestasi pasti ada imbal baliknya. Dia berkomitmen jika produksi bisa menembus 2,1 ton per hektare, manajemen akan mengembalikan nilai 100 kg dari produksi itu untuk kepentingan unit.
“Kalau tembus 2,1 ton, bisa kita kasih yang 100 kilodari produksi itu ke unit. Bisa dipakai untuk perbaikan infrastruktur dan biaya-biaya teknis lain. Juga bisa untuk insentif pekerja,” kata Doni.
Tantangan itu menurut M. Baasith akan menjadi pembahasan kru unit untuk menjadi spirit untuk mengejar. Ketua Umum SPPN VII ini mengaku potensi yang ada di lapangan memungkinkan untuk mencapai produksi 2,1 ton per hektare itu.
“Seperti yang disampaikan Pak Direktur tadi, saya yakin potensi itu masih terbuka. Kami akan kejar itu sehingga kita bisa maju bersama dan PTPN VII bisa gemilang lagi,” kata dia. (nur)