Dikecam, Walikota di Prancis Hapus Menu Halal untuk Siswa

Internasional – Keputusan seorang walikota di Prancis untuk menghapus menu halal buat siswa sekolah menuai kontroversi. Julien Sanchez, Walikota Beaucaire, sebuah kota di selatan Avignon (sekitar 103 kilometer utara Marseille ), menghapus menu “bebas daging babi” tepat di tahun ajaran baru 1 Januari lalu.

Peraturan baru itu langsung dikecam banyak kalangan, termasuk Menteri Kesetaraan Prancis, Marlene Schiapa. Ditayangkan BFM TV, Schiapa menyebut larangan itu “Contoh tipikal dari seseorang yang melabeli sekularisme sebagai senjata politik anti-muslim, atau anti-Yahudi.”

Penghapusan menu halal itu berdampak terhadap 150 dari 600 siswa sekolah setempat.

Adapun Sanchez, yang berasal dari Partai Barisan Nasional berhaluan kanan jauh, menyebut kebijakannya sebagia “anti-Republikan”. Dia juga menyatakan menu halal adalah sebuah provokasi karena memperkenalkan agama di sekolah. Sebagai negara sekuler, Prancis tidak mengajarkan agama di sekolah.  Ketua Barisan Nasional, Marine Le Pen, baru-baru ini kalah dalam pemilihan presiden Prancis yang dimenangkan Emmanuel Macron.

“Kita bukan restoran bintang empat,” kata Sanchez lewat akun Twitter-nya.

Dilansir The Independent, pria berusia 34 tahun yang dilantik menjadi walikota sejak 2014 juga menjadikan Hari Senin sebagai hari dimana sekolah wajib menyajikan daging babi sebagai pilihan.

“Saya tidak Islamophobia,” kata Sanchez kepada Radio France Info. “Saya tidak takut pada siapa pun dan saya tidak punya keinginan untuk mengecualikan siapa pun. Saya hanya menyatakan, apa sih masalahnya dengan daging babi?” kata Sanchez yang tampak tidak memahami ajaran Islam sama sekali.

“Jika ada masalah kesehatan, saya paham, tapi kan tidak ada masalah kesehatan (dengan daging babi),” kata Sachez. “Kalau suatu hari kita menemukan teks yang menyebut nabi melarang daging sapi, saya harus memberikan menu alternatif daging sapi, pertanyaannya akan sampai sejauh mana?”

Dalam wawancara dengan Majalah Valeurs Actuelles, Sanchez menyatakan menu “tanpa daging babi” adalah tidak normal.”Alasannya sederhana, ini adalah instrusi agama ke sekolah,” kata Sanchez sambil menambahkan bahwa anak-anak yang tidak makan daging babi boleh makan siang di luar kantin.

“Saya menolak untuk mengganti daging babi di kantin. Daging babi makin jarang disajikan beberapa tahun terakhir. Daging ini diproduksi di Prancis dan kita harus mendukung pertanian Prancis,”  kata dia.

Menurut surat kabar Prancis, Le Figaro, pemimpin oposisi di Baucaire, Laure Cordelet, menyatakan keputusan Partai Front National tersebut merupakan serangan bagi hak-hak anak. Dimana menstigmatisasi komunitas Magribi (Afrika utara) dan tidak bisa dibenarkan dengan dalih sekularisme.

Para orang tua siswa menggelar “Piknik Republiken” untuk memprotes aturan baru walikota.

“Idenya adalah bahwa kami, para orang tua, muslim atau bukan, tidak akan mengizinkan anak-anak ke kantin pada hari Senin, karena itu hari di mana ada daging babi. Kami akan makan bersama di alun-alun balaikota,” kata para orang tua seperti dilansir Le Figaro.

Beaucaire bukan komunitas pertama yang melarang menu “bebas daging babi”. Pada 2015, Walikota Chalon-sur-Saone Gilles Platret juga melarang menu halal pengganti daging babi di kantin.  Namun pengadilan administrasi kota berjarak sekitar 167 kilometer sebelah utara Lyon itu memblokir kebijakan itu pada Agustus 2017.  (nat)