Warga Terdampak Tsunami Banten Belum Miliki Pekerjaan

Pandeglang – Kehidupan di pesisir garis pantai Banten dari Labuan di Pandeglang hingga Anyer di Serang, masih belum pulih sepenuhnya sejak tsunami menerjang pada 22 Desember 2018 lalu.

Di beberapa bagian pantai atau pesisir masih tampak jelas puing dan sampah yang berserakan, sisa ombak besar akibat longsoran gunung anak Krakatau itu.

Salah seorang warga setempat, Rudi Bular sedang memandang laut siang dari pelataran rumahnya, di pesisir Lantera, Desa Cigondang, Labuan, Pandeglang, pada Selasa (15/1/2019).

Biasanya, setiap hari Rudi menunggu tangkapan ikan dari para nelayan, untuk selanjutnya dibawa ke pasar dan menjualnya. Sebesar 80 persen warga pesisir Lantera berprofesi sebagai nelayan. Namun tsunami yang menerjang, menghancurkan seluruh kapal.

Selain kapal, puluhan rumah yang berada di radius 20 meter dari bibir pantai pun turut hancur.

“Kalau sekarang belum bisa kerja, ya masih nunggu bangun rumah, mau dipindahkan terserah. Sebagian tanah sendiri, sebagian tanah wakaf. Artinya surat-suratnya ada,” jelasnya.

Seperti mewakili korban tsunami lainnya, Rudi mengaku pasrah jika harus dipindahkan dari pesisir oleh pemerintah daerah.

“Kalau sekarang mah, ya nunggu bangun rumah, mau dipindahkan terserah,” ujarnya.

Namun meskipun belum ada pekerjaan, Rudi mengatakan bantuan yang selama ini berdatangan, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

“Kalau sembako kalau bantuan mah cukup Alhamdulillah,” syukurnya.

Hal senada diutarakan Sudip, pengusaha rumah inap atau vila di pantai Anyer, Serang. Vilanya luluh lantak diterjang tiga gelombang tsunami malam itu.

“Hancur mas, kena juga saya,” ungkap Sudip.

Namun ia belum mulai membangun kembali vilanya, selain memperkirakan pengunjung yang masih sepi, ia juga masih menunggu instruksi pemerintah setempat yang katanya akan menata ulang kawasan garis pantai terdampak tsunami itu. (nad/pn)