Bos CIA: Dalam Hitungan Bulan Korut Bisa Tembak Nuklir ke AS

Internasional – Direktur Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA), Mike Pompeo, mengatakan bahwa Korea Utara dapat menembakkan senjata nuklir yang dapat mencapai wilayah negaranya dalam beberapa bulan ke depan.

Dalam wawancara khusus dengan BBC yang dirujuk Reuters, Pompeo mengatakan bahwa ambisi nuklir Kim Jong-un selaku pemimpin tertinggi Korut pun menjadi pokok bahasan rutin CIA selama beberapa bulan belakangan.

“Kami membicarakan kemampuan dia untuk meluncurkan senjata nuklir ke Amerika Serikat dalam waktu beberapa bulan,” ujar Pompeo saat ditemui di markas CIA di Virginia, sebagaimana dikutip The Independent.

Sebagai unit intelijen negara, Pompeo bertanggung jawab untuk memberikan informasi tersebut kepada Presiden AS, Donald Trump. Pompeo juga harus memberikan serangkaian opsi untuk mengurangi risiko bahaya itu, termasuk dengan pendekatan non-diplomatik.

Namun, Pompeo selalu menekankan bahwa penggunaan militer terhadap Korut dapat menyebabkan kematian massal di kawasan, termasuk di negara-negara sekutu AS, seperti Jepang dan Korea Selatan.

Selama ini, Trump sendiri berulang kali menyiratkan kemungkinan AS menggunakan opsi militer dalam menghadapi ancaman Korut. Di hadapan sidang Majelis Umum PBB, Trump bahkan mengancam bakal “benar-benar menghancurkan Korut” jika terus berulah.

“Jika kalian melihat bahasa yang dipilih presiden, ada banyak yang mendengarkan, dan saya jamin kepada kalian bahwa Kim Jong-un akan mengerti pesan Amerika Serikat sangat serius,” ucap Pompeo.

Untuk sekarang ini, sejumlah analis menganggap cara AS menggalang kekuatan dengan mendesak negara-negara untuk menjatuhkan sanksi terhadap Korut sangat berhasil.

Salah satu indikasi keberhasilan itu terlihat dari keterlambatan pelaksanaan latihan militer musim dingin Korut yang biasanya dilaksanakan mulai Desember hingga Maret.

“Semua berpengaruh pada kesiapan pasukan lapangan. Unit militer harus berlatih untuk menjaga kecakapan mereka,” kata seorang analis militer dari Institut AS-Korea di Universitas John Hopkins, Joseph S Bermudez, kepada Wall Street Journal. (has)