Bulog Tak Mampu Beli Gabah Petani

Serang – Tidak diserapnya hasil panen petani di awal tahun 2018 oleh produsen beras lokal dan badan urusan logistik atau Bulog menjadi perhatian semua pihak terutama petani. Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus Tauchid mengakui adanya fenomena ini

“Kami masih terus berusaha mencari pemecahan masalahnya,” kata Agus, di Serang, kemarin.

Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten Babar Suharto mengungkapkan fenomena seperti ini merupakan dilema.

“Ini masalah yang dilematis, di satu sisi tingginya harga eceran tertinggi menguntungkan petani, sedangkan sisi lain para produsen beras lokal atau pun bulog tidak mampu membelinya,” ujarnya.

Tidak diserapkanya hasil panen petani, baik gabah yang baru dipanen, gabang kering, hingga beras diakui kepala Bulog Sub Divre Serang Fansuri. Ia mengaku pihaknya hanya berpatokan kepada inpres saat melakukan pembelian.

“Kami hanya berpatokan pada inpres, sehingga di saat harga sudah di atas HET, maka kami tidak melakukan langkah apapun selain menunggu harga panen petani sesuai dengan inpres,” katanya.

Saat ini, panen padi sudah terjadi di wilayah Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Pandeglang. Namun, rata-rata para petani menjual harga gabah panen atau GKP berkisar 5 ribu hingga 6 ribu rupiah. Harga ini sangat tinggi dibandingkan harga GKP sesuai inpres yang hanya diharga 3.700 rupiah per kilogram.

Sementara harga gabah kering giling (GKG) diharga petani 6.500 hingga 7 ribu rupiah, jauh di atas harga inpres yang hanya 4.600 rupiah, sedangkan harga beras petani lokal Banten yang berkualitas medium dan premium sudah dihargai 10 hingga 12 ribu rupiah, tidak sesuai dengan harga inpres no 5 tahun 2015 yang hanya 7.300 rupiah. (hen)