Berita AktualBerita DaerahBerita Lingkungan

Tak Punya Biaya Berobat, Dua Tahun Nenek Pasung Anaknya yang Sakit Jiwa

Serang Kemiskinan ternyata tidak hanya membuat masyarakat tidak mengenyam pendidikan dan mengalami keterbelakangan perekonomian, kemiskinan juga yang membuat seorang nenek bernama Hamdiyah di Kota Cilegon, Banten, harus memasung kedua kaki putranya yang menderita sakit jiwa. Sang nenek mengaku terpaksa memasung putranya yang pernah menjadi pemimpin yayasan yatim piatu ini karena tidak mempunyai biaya untuk berobat.

Fadli, pria berusia 32 tahun, yang dipasung ibunya Hamdiyah, menderita sakit jiwa sejak dua tahun lalu. Warga Sambidongko, Kelurahan Cikerai, Kecamatan Cibeber, ini sering berceloteh dan bernyanyi seperti anak kecil.

“Sudah dua tahun begini (sakit-red). Saya tidak punya biaya untuk berobat,” kata Hamdiyah.

Fadli yang dulunya pernah memimpin sebuah yayasan yatim piatu, terpaksa diikat kedua kakinya dengan dua belahan kayu. Sejak sakit, yayasannya itu pun tidak terurus dan akhirnya ditutup. Karena tingkah laku Fadli tidak terkontrol, ibunya akhirnya meminta bantuan keluarga dan tetangga untuk memasung Fadli. Otomatis, sejak dipasung, aktivitasnya untuk makan, mandi, dan buang air pun terpaksa dilakukan di ruang tamu mereka.

Kasus ini terungkap setelah diekspos media. Kepala Dinas Sosial Kota Cilegon Abadiah pun langsung merespon dan mendatangi rumah korban beberapa waktu lalu. “Setelah kami berembuk dengan keluarga korban dan tokoh masyarakat setempat, saat ini Fadli dilepaskan dari pasunganya dan sudah di bawa untuk dirawat di Yayasan Bani Syifa Serang,” kata Abadiah.

Sementara Hamdiyah, Ibu Fadli, hanya bisa menangis saat menceritakan nasib mereka terutama anaknya setelah fadli mengalami gangguan jiwa.

Fadli yang dulu menjadi penopang hidup mereka dan bahkan menghidupi sejumlah anak yatim piatu di yayasannya, kini malah harus bergantung hidup dari orang lain. Karena itu, Hamdiyah hanya bisa berharap semoga dengan dibawa dan dirawatnya Fadli di Serang bisa membawa kesembuhan kepada putranya, sehingga hidup mereka bisa berlangsung normal kembali. (Henny)