- Bupati Ratu Zakiyah Lepas 19 Siswa Asal Kabupaten Serang Berangkat ke Sekolah Rakyat Tangsel
- Musrenbang RPJMD 2025-2029, Bupati Serang Paparkan 16 Program Prioritas
- Gubernur Banten: Kuliah Bangun Karakter, Cakap Bekerja dan Persiapkan Masa Depan
- Hadiri HIMAS 2025, Gubernur Banten Andra Soni : Masyarakat Adat Jaga Nilai Budaya dan Kearifan Lokal
- Keren... Provinsi Banten Raih Predikat Provinsi Layak Anak Kelima Kali
Menag: Generasi Muda Perlu Berpikiran Luas

Pariaman – Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin mengatakan para generasi muda di seluruh Tanah Air perlu berpikiran lebih luas dalam membangun bangsa dan negara.
“Saat ini generasi muda dan umumnya masyarakat cenderung memikirkan sesuatu yang rasanya tidak perlu diperdebatkan bersama,” katanya di Pariaman, Sabtu (4/11/2017), saat memberikan kuliah umum kepada para mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta di kota itu.
Sebagai contoh, masyarakat lebih suka membahas tentang apakah penting seorang laki-laki memakai jenggot atau tidak. Kemudian sejauh manakah arti penting seorang laki-laki muslim menggunakan celana di atas mata kaki.
Perbuatan tersebut sering kali diperdebatkan masyarakat sehingga dinilai hanya menghabiskan waktu dan energi positif sehingga mengabaikan hal yang jauh lebih penting.
Pihaknya mengajak masyarakat khususnya para generasi muda agar lebih memikirkan jauh ke depan bagaimana secara bersama membangun bangsa dan negara.
Pada kesempatan kuliah umum tersebut, orang nomor satu di Kementerian Agama tersebut juga menyampaikan mudahnya masyarakat saat ini terpecah belah akibat berita hoax.
Sebagai contoh, pada masa zaman Khalifah Utsman bin Affan memimpin, ia difitnah oleh masyarakatnya karena dituduh melakukan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan cenderung hanya berpihak kepada kerabat dekat saja selama memimpin. Hal tersebut berujung kepada pembunuhan.
Kemudian, pada zaman kepemimpinan Ali Bin Abi Talib juga difitnah oleh berita bohong yang dilontarkan masyarakat dan berujung kepada kematiannya.
“Ali Bin Abi Thalib tewas dibunuh oleh muslim penghafal Al Quran karena menerima berita sepihak yang menyebutkan bahwa pemimpinnya tidak adil,” ujar dia.
Poin yang sampaikan dalam riwayat tersebut ialah bagaimana masyarakat khususnya generasi muda tidak asal menerima suatu informasi atau berita tanpa melakukan filterisasi.
Ia juga menyampaikan bahwa dewasa ini salah satu penyebab perpecahan adalah karena seseorang memiliki sifat fanatik berlebihan tentang sesuatu, namun tidak memiliki pengetahuan luas tentang yang dibahas. (ant)