Banten Berpotensi Gempa Diiringi Tsunami
Serang, beritaindonesianet – Banten merupakan daerah yang berpotensi besar terjadi gempa yang diiringin tsunami. Hal ini bisa mengancam keselamatan warga dan semua oran gyang beraktivitas di Banten. Karena itu, ratusan anggota Koarmabar, Lanal Banten, BPBD Banten, dan masyarakat Cinangka melakukan simulasi tsunami di Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Minggu (23/8).
Dalam simulasi ini, diceritakan terjadi gempa berkekuatan 8,5 SR yang berpusat di Selat Sunda dan mengakibatkan tsunami di pantai Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten. Ratusan wisatawan yang saat itu sedang berlibur di pantai banyak yang menjadi korban, sedangkan warga sekitar berlarian ke arah titik kumpul tsunami yang berada di atas bukit.
Banyaknya korban di wilayah pantai membuat tim gabungan SAR harus bertindak cepat.
Jajaran Komando Armada Barat bahkan menurunkan helicopter, 5 KRI, pasukan katak, dan ratusan anggota lainnya untuk mengevakuasi para korban.
Komandan Pangkalan Angkatan Laut Banten Kolonel Laut (P) Judianto yang menjadi komandan latihan SAR, mengaku pihaknya sengaja menggelar acara ini untuk menyatukan visi dan misi para anggota tim SAR dari berbagai instansi di Banten dalam menghadapi bencana alam tsunami. “Ini kegiatan dalam rangka penanggunalan bencana alam, khususnya tsunami. Latihan ini merupakan latihan TNI, khususnya TNI AL, tapi kita tidak hanya melibatkan anggota TNI AL saja melainkan juga unsur di luar TNI AL. Mereka sengaja dilibatkan karena masing-masing instansi memiliki prosedur tersendiri dalam menghadapi bencana alam. Ini yang ingin kami satukan visi dan misinya.”
Danlanal berharap dengan latihan gabungan ini pihaknya dan instansi lain bisa mengetahui apa saja langkah yang bisa diambil saat benar-benar terjadi bencana alam. “Jadi jika sudah latihan kalau ternyata hal seperti ini kita sudah tau mau diapakan kapal kita ini sama pemda, kemudian heli kita ini mau diapakan sama pemda, masyarakat di sini harus bagaimana, kita bagaimana melakukan SAR, melakukan evakuasi, bagaimana melakukan pengendalian bantuan, dan bagaimana melakukan pengamanan,” ujar Danlanal.
Menurut Danlanal Kol Laut (P) Judianto pihaknya sebenarnya mengadakan pelatihan ini di 2 titik yaitu di kawasan wisata dan industry. “Untuk kawasan wisata, kami sengaja mengambil di kawasan Cinangka ini karena paling banyak orangnya,” ujar Danlanal. Sementara pelatihan industry dilakukan Senin (24/8). “Kami memilih industry karena di sana yang paling berbahaya pada skala prioritas.”
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten Komari mengaku wilayah Banten merupakan daerah yang berpotensi besar terjadi gempa. “Perlu diketahui di Provinsi Banten, khususnya di Selat Sunda Selatan dan wilayah Selat Sunda sendiri ada dua potensi bencana tektonik, yaitu gempat bersifat megatrust yaitu di wilayah Selat Sunda mencapai 8,5 Richter, dan juga kerak Anak Krakatau, dan ini dua-duanya mempunyai potensi untuk tsunami.”
Menurut Komari, berbagai lembaga internasional dan peneliti melakukan penelitian dan simulasi di wilayah ini. “Untuk wilayah sini tsunami yang terjadi bisa berketinggian tiga hingga empat meter, sedangkan di Labuan bisa mencapai dua belas meter. Karena itu, langkah-langkah yang diambil berbagai instansi untuk sebagai persiapan hal ini merupakan hal yang bagus baik dalam rangka uji komando, uji renkon, maupun renops.”
Apalagi berdasarkan Perkab nomor 14 dijelaskan tentang sistem komando dan renkon. “Kami berterimakasi dan mengapresiasi kepada TNI khsususnya AL telah mencoba untuk melakukan simulasi. Ini sangat perlu karena memang wilayah ini dampaknya bisa ke wilayah industry, wilayah wisata, wilayah masyarakat umum.” Komari berharap ke depan akan banyak pihak lain di Banten yang melakukan pelatihan serupa sehingga jika terjadi bencana alam semuanya sudah mengetahui langkah apa saja yang harus diambil.
“Mudah-mudahan akan banyak instansi yang melakukan pelatihan seperti ini sehingga semua. Dan ini semua perlu adanya sosialisasi dan pelatihan dalam rangka mengurangi resiko, baik resiko akibat korban dan resiko harta benda.” (hen)