Berita AktualBerita Nasional

Menteri PPPA Prihatin Kehidupan Anak di Huntara Lebak Kurang Layak

LEBAK, beritaindonesianet-Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengaku prihatin terhadap kondisi anak-anak yang berada di Hunian Sementara (Huntara) yang kehidupannya belum layak.

“Kalau yang namanya di huntara kalau dikatakan layak sudah pasti tidak ya, pasti kurang layak ya,” ujar Bintang.

Menurut Bintang, meskipun kehidupan di huntara tidak layak bukan berarti tidak ada upaya untuk melakukan protokol kesehatan di tengah pandemi saat ini.

“Kalau kita bicara protokol kesehatan tidak bisa dihindari karena mereka tinggal di huntara. Tapi bagaimana kita mengedukasi, menyampaikan kepada mereka bagaimana cara hidup bersih, dengan cuci tangan. Dan satu-satunya yang bisa memprotek mereka dari sisi  menghindari covid-19 ini dengan memakai masker,” ujar Bintang.

Bintang juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi masyarakat di sejumlah kawasan di Banten yang banyak tidak mempergunakan masker.

“Sejak saya masuk, tidak ada masyarakat yang memakai masker, itu yang sangat disayangkan,” ujar Bintang

Padahal, kata Bintang, new normal bukan berati benar-benar normal tapi tatanan hidup baru ke depan.

“Meskipun New normal kita wajib memakai masker, rajin cuci tangan, pola hidup bersih dan sehat,” ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten Siti Ma’ani Nina mengaku Pemerintah Provinsi Banten dan seluruh pemerintah kabupaten kota yang ada di Provinsi Banten sudah melaksanakan berbagai program dan bantuan dalam menangani permasalahan perempuan dan anak.

“Sebetulnya terkait dengan huntara, huntap, maupun bencana baik bencana banjir, longsor, tsunami dan sebagainya, ini menjadi perhatian Pak Gubernur, terlebih lagi bencana sekarang yang mendunia, terkait dengan pandemi covid-19. Beliau sangat konsen, terkait semua yang terjadi akibat covid-19 ini, baik itu dari aspek ekonomi, budaya, politik, hukum, dan sebagainya,” ujar Nina.

 

Warga Cigobang, Desa Banjarsari, Kabupaten Lebak, Banten, termasuk anak-anak tersebut terpaksa tinggal di rumah darurat yang menjadi huntara setelah kediaman mereka hancur dan bahkan ada yang terseret longsor dan banjir bandang bulan Februari 2020 lalu. Kejadian yang berlangsung hanya beberapa jam tersebut mengakibakan mereka tidak memiliki tempat tinggal.

Sebagai alternatif, pemerintah daerah kemudian menempatkan mereka di hunian sementara di Puslatpur Rindam III SILIWANGI yang berlokasi di Lebak, sambil mengunggu realisasi janji pemerintah pusat untuk membangunkan mereka hunian tetap. Namun, para warga yang tinggal di penampungan ini tidak betah dan mereka memilih pulang ke kampung mereka untuk mengolah kebun dan ladang yang ada. Sebagai konsekuensinya, warga terpaksa membangun rumah darurat yang terbuat dari kayu, bambu, dan terpal plastik sebagai tempat tinggal.

Namun, harapan mereka untuk cepat menempati rumah permanen teryata belum juga terwujud. Karena itu mereka berharap agar Menteri PPPA bisa menyampaikan keinginan mereka agar percepatan pembangunan hunian tetap segera terealisasi.

Dalam kunjungan tersebut, Menteri PPPA sempat mengajak anak-anak bernyanyi dan juga berdialog bersama. Menteri juga melakukan penanaman pohon di sekitar lokasi  yang diharapkan pohonya nanti bisa menjadi penahan air di lokasi kampung tersebut yang rawan longsor.(hen)

beritain

Berita Indonesia Net adalah media online yang menyajikan berbagai informasi umum di seluruh dunia. Media ini diharapkan bisa menjadi jembatan informasi yang bermanfaat bagi seluruh pembaca, sesuai dengan mottonya "Bersama Anda, berbagi Informasi"