Berita AktualBerita DaerahBerita Lingkungan

Penyelamatan Badak Jawa Tanggung Jawab Semua Pihak

Serang, beritaindonesianet – Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Banten Rano Karno menyatakan, penyelamatan badak jawa yang hidup di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang merupakan tanggung jawab semua pihak.

“Atas nama Pemerintah Provinsi Banten, saya menghimbau kepada semua pihak untu senantiasa terus memberikan dukungan kepada pemerintah dalam program konservasi badak jawa di Taman Nasional Ujng Kulon ini,” kata Plt dalam acara Ekpose Hasil Monitoring Populasi Badak Jawa Tahun 2014, yang digelar Balai Taman Nasional Ujung Kulon, di Pendopo Gubernur Banten, KP3B Curug Kota Serang, Selasa (07/07).

Seperti diketahui, lanjut rano, bahwa saat ini populasi badak jawa hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon Pandeglang, sehingga upaya pelestarian bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab semua pihak untuk melestarikan satwa tersebut.

Ia juga mengatakan, masyarakat Banten terutama masyarakat Pandgelang harus bangga karena memiliki badak jawa atau badak bercula satu yang hanya hidup di TNUK Pandeglang.

“Disisi lain, badak jawa menjadi icon daerah Pandeglang yang dapat meningkatkan pertumbuhan pariwisata, apalagi hewan ini di bagian dunia lain tidak ada, jadi kita harus bangga dan membantu pelestariannya,” katanya.

Pemerintah Provinsi Banten, kata dia, siap membantu penyelamatan hewan langka tersebut, sesuai kewenangan yang diberikan pemerintah.

“Atas nama Pemerintah Provinsi Bantendan Pribadi, saya menyampaikan terima kasih dan pengharghaan yang setinggi-tingginya kepada Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan khusunya Balai Taman Nasional Ujung Kulon yang memiliki komitmen untuk terus menjaga kelestarian warisan dunia ini. Saya berharap semua masyarakat dapat menumbuh kembangkan rasa memiliki dan kebanggaan terhadap badak jawa,” imbuhnya.

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Mohammad Haryono menjelaskan, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan TNUK dengan menggunakan 100 kamera video trap yang dimulai sejak bulan Januari hingga Desember 2014. Saat ini total minimum badak jawa berjumlah 57 ekor yang terdiri dari 31 jantan dan 26 betina

“Ini komposisi tidak ideal, seharusnya satu jantan empat betina, ini yg menyebabkan pertumbuhannya lamban,” sebut Haryono.

Dari pantauan klip yang diambil dari tahun 2011 hingga 2014 melalui kamera pengintai yang dipasang di sejumlah titik di TNUK, diketahui ada empat badak yang mati.

“Saat ini, analisa kumulatif dari tahun 2011 hingga 2014, dari 60 ekor badak, empat meninggal dan kelahiran baru satu ekor. Total minimum diperkirakan ada 57 ekor

Terkait penyebab matinya badak tersebut, lanjut Haryono sejauh ini diperkirakan karena penyakit atau faktor alam lainnya. Namun dari analisa yang mengancam kehidupan badak jawa selain faktor alam adalah binatang pemangsa lain seperti anjing hutan.

“Dari keempat badak yang mati tersebut, dua diantaranya mati pada tahun 2014 dan lainnya pada kurun waktu tahun 2011 hingga 2013. Terbaru ditemukana pada tanggal 12 November 2014 lalu,” sebut Haryono

lebih lanjut Haryono menjelaskan, Informasi mengenai demografi badak jawa merupakan parameter yang sangat penting dalam upaya melestarikan satwa langka tersebut. badak jawa menurutnya mempunyai sifat soliter denganb indra penciuman yang sangat tajam sehingga sulit dijumpai secara langsung di lapangan.

“Inilah yang menjadi kendala utama dalam melakukan monitoring populasi satwa tersebut. namun dengan ditemukannya satu individu anak badak jawa pada tahun 2014 lalu menunjukan bahwa populasi badak jawa di TNUK masih mengalami perkembangan secara alami walaupun sangat lambat,” jelasnya. (advetorial)

Pelestarian Badak Jawa Tanggung Jawab Semua Pihak

beritain

Berita Indonesia Net adalah media online yang menyajikan berbagai informasi umum di seluruh dunia. Media ini diharapkan bisa menjadi jembatan informasi yang bermanfaat bagi seluruh pembaca, sesuai dengan mottonya "Bersama Anda, berbagi Informasi"