Petani Sorgum Bangkitkan Keterpurukan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid 19

TANGERANG, beritaindonesianet-Pandemi covid 19 ternyata tidak membuat semua orang terpuruk. Para petani sorgum di Kampung Kandang,  Desa Jatake,  Kecamatan Pagedangan,  Kabupaten Tangerang malah melakukan panen perdana sorgum mereka. Uniknya,  para petani tersebut sebenarnya para pengembang perumahan di Provinsi Banten.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan,  Perlindungan Anak,  dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten Siti Ma’ani Nina mengaku bangga dengan kiprah para pengembang perumahan yang berhasil mencari alternatif peluang di tengah pandemi.

“Mari kita kembangkan peluang yang ada. Apalagi potensi kita ada,” ujarnya saat samburan di acara Panen Perdana Sorgum.

Nina mengaku sangat mengapresisasi kalangan ibu-ibu yang bisa mengurus rumah tangga tapi masih bisa berkarya di bidang lain.

Nina juga mengingatkan semuanya untuk bisa berkarya dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Karena itu ia berharap kesempatan yang ada bisa dimanfaatkan kaum wanita untuk berkarya. “Salah satunya dengan menjadi perani sorgum yang berhsil. ”

Ketua Koperasi Sorgum Indonesia atau yang akan berubah nama menjadi Koperasi Sorgum Indonesia Nila Ayunda mengungkapkan rasa syukur atas panen perdana sorgun. “Alhandulillah kita hari ini panen perdana sorgum, ” ujarnya.

Menurut Nila,  sebenarnya komunitas mereka adalah pengembang perusahaan.  Tapi karena pabdemi covid 19 bisnis perumahan agak lesu sehingga mereka harus mencari alternatif lainnya.

“Kami memilih sorgum karena nikai ekonomisnya yang lumayan. Nilai nutrisinya tinggi untuk sapi,  dan kebetulan kami mendapatkan permintaan sorgum 200 ton sehari,” kata nila.

Menariknya,  kata Nila, penanaman sorgum hanya memerlukan waktu yang singkat “Hanya butuh waktu 2,5 bulan bisa langsung panen. Alhamdulillah,  kami tidak ke sini sebentar karena ad kesibukan lain ternyata sudah panen, ” ujarnya.

Menurut Nila,  selain hasilnya bisa menambah penghasilan keluarga,  sorgum juga menyumbang oksigen bagi lingkungan.  “Apalagi modalnya juga sedikit. ”

Dan yang .penting,  kata Nila,  sorgum juga bisa menjadi pengganti nasi.”Tapi memang menunggu waktu lima bulan. ”

Karena itu,  Nila verharap semangat para pengembang tersebut bisa menularkan kepada masyarakat. “Satu hektar sorgum bisa menghasilkan 40 ton dengan harga 500 rupiah per kilogram.  Itu pun kami bisa panen 4 kali,  dan penanamannya tidak sulit. ”

Ketua IWAPI Provinsi Banten lilis menjelaskan jika par petani sorgum yang ikut panen perdan kali ini merupakan anggota IWAPI Banten. “Jadi di sini banyak anggot IWAPI, ” ujarnya.

Perwakilan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Caringin  Kabupaten Tangerang mengungkapkan kekagumannya terhadap keberhasilabn pertanian sorgum di Jataka. “Di tengah pandemi ini,  Ibu Nila dan teman-teman bisa membuat gebrakan. ”

Menurut,  sorgum merupakan tanaman di lahan panas. “Dan kebetulan kondisi air di sini sedikit ,jadi cocok untuk ditanami sorgum. Semoga sorgum ini bisa menambah penghasilan warga terutama di Desa Jarake.  ”

Sementara Kasi Pemerintahan Desa Jatake Saidi mengucapkan syukur dengan kehadiran para pertanian sorgum di wilayahkan.

Menurut,  sampai hari ini Indonesia masih impor sorgum. “Makanya dengan adanya pertanian sorgun di sini kami sangat mengapresiasu. ”

Ketua RW berharap pertanian sorgum yang dipimpin Nila bisa memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pertanian sebagai salah satu cara dalam meningkatkan perekonomian keluarga.