Sukses Berternak Lele, dari Kemitraan PTPN VII

 

LAMPUNG TENGAH, beritaindonesianet–Peluang pasar ikan lele di Indonesia masih tergolong besar, jika ditekuni, budidaya ikan lele akan menghasilkan keuntungan yang sangat besar dan menggiurkan. Seperti yang dialami Abdul Jabar peternak lele di Desa Seputih Lampung Tengah.

Abdul Jabar mengaku kesuksesannya berternak lele tidak terlepas dari peran PTPN VII. Disaat saya membutuhkan modal untuk menambah kolam, saya menerima bantuan pinjaman dengan bunga yang cukup ringan.

“Selain mendapatkan pinjaman modal, PTPN VII juga memberikan pembinaan agar bisa memasarkan usahanya,” kata bapak yang akrab disapa Jabar ini.

Ia berharap usaha yang ditekuni bisa berkembang dan lebih maju lagi. Apalagi saat ini telah mendapatkan suntikan tambahan modal dari PTPN VII.

“Saya berterima kasih telah diterima sebagai mitrabinaan PTPN VII. Bantuan dari PTPN VII kami gunakan untuk membeli bibit ikan gurame dan lele. Awal mengenal adanya kemitraan di PTPN VII, dari seorang teman yang bekerja di PTPN VII. Saya sangat bersyukur bisa diterima menjadi bagian PTPN VII,” katanya.

Bapak dari tiga orang anak ini mengaku saat ini sedang melakukan pembibitan benih lele, mudah-mudahan pembibitan ini bisa berhasil. Sehingga tidak perlu lagi membeli bibit dari luar. Apalagi saat ini sudah ada pendamping dari PTPN VII yang siap membina.

Selama ini, terang Jabar, dalam menekuni berternak lele, ia terus belajar bagaimana bisa menghasilkan lele yang bagus, sehingga bisa menghasilkan keuntungan saat dijual.
Apalagi peluang pasar penjualan lele cukup besar di kalangan masyarakat.

Saat ini, hasil ternak lele nya lebih banyak dijual diwilayah Baturaja Sumatera Selatan. Permintaan lelenya bisa mencapai 15 ton perbulannya.
Berkat ketekunan dan kegigihan pria kelahiran 1973 ini sekarnag sudah memiliki 26 kolam dari awalnya hanya 2 kolam ternak lele. Bahkan saat ini sudah mengembangkan dengan memelihara gurami. Setiap kolamnya menghasilkan 2 ton lele jenis masomo dengan ukuran 5-8 ekor perkilogramnya.

Menurut suami dari Hayati ini, menekuni ternak lele ini memang tidak mudah. Harus sabar. Dalam berternak lele, tidak bisa bibit yang sudha kita beli dimasukan langsung ke dalam kolam. Kita harus pilah terlebih dahulu. Dalam satu gelasan ada sekitar 300 ekor bibit. Bibit kita kita pilah dulu dalam stu kolam hingga berumur 20 hari. Bila sudah 20 hari, akan terlihat ukuran dari bibit tersebut. Lalu kita pilah pilah ukurannya yang sama, dimasukan dalam satu kolam. Bibit lele tidak bisa dimasukan langsung semua ukurannya, karena yang kecil akan mati dimakan yang besar.

Awal membuka usaha ini, kami hanya ada 2 kolam dan kami juga hanya memberi makan lele dnegan dedek dan ikan asin. Saat itu tidak ada orang yang percaya memberi hutangan pakan ternak. Jadi kita harus berusaha memberi makan lele dengan usaha sendiri.
Setelah tiga bulan, baru mulai ada hasil panen lele.
Uang hasil panen terus dibelikan bibit bibit dan pakan ternak lagi. Sehingga bisa menambah jumlah ikan yang diternak. Setelah berjalan lima tahun sejak mulai usaha tahun 2008, baru mulai membuat kolam-kolam tambahan.

“Alhamdulillah usaha yang ditekuni dengan sabar ini membuahkan hasil. Sehingga bisa membangun rumah untuk tempat tinggal keluarga,” katanya.
Ia juga mengaku pernah meraup keuntungan hingga ratusan juta dari hasil ternak lelenya. Dan bisa menambah kolam untuk ternak lelenya.

Bahkan saat ini, Abdul Jabar sudah memiliki 3 orang karyawan yang membantu membersihkan dan memberi makan ternak ikannya. Bila panen tiba, ia juga mendatangkan tenaga kerja tambahan untuk membantunya.

Namun, keberhasilannya ini tidak terus berjalan mulus. Ia juga pernah mengalami kerugian puluhan juta, akibat banjir yang menerjang desanya. Semua kolam lele yang ia miliki habis disapu banjir. Dan harus memulai dari awal lagi dengan membeli bibit bibit baru. (nur)