- Kongres Persatuan PWI Segera Digelar, Hendry-Zulmansyah Sepakati SC dan Peserta
- HUT ke25, LPM Banten Usulkan Perda dan Pergub Banten yang Atur Keberadaan LPM Secara Berjenjang
- PWI Kota Tangsel Periode 2025-2028 Resmi Dilantik, Usung Profesionalisme dan Soliditas
- Ombudsman Banten Awasi Penilaian Kompetensi dan Potensi ASN Pemprov Banten
- Maksimalkan Kinerja, Gubernur Banten Andra Soni: Perkuat Komunikasi dan Kerja Kolektif
AS Eksekusi Terpidana Hukuman Mati Tertua Berusia 83 Tahun

Jakarta – Negara Bagian Alabama, Amerika Serikat mengeksekusi Walter Leroy Moody, 83 tahun, yang divonis bersalah atas pembunuhan seorang hakim federal dengah bom pipa pada 1989.
Berdasarkan data Pusat Informasi Hukuman Mati, Moody adalah orang tertua yang dihukum mati sejak Mahkamah Agung mengembalikan hukuman mati di Amerika Serikat pada 1976. Sebelumnya yang tertua adalah John Nixon yang dieksekusi pada usia 77 tahun pada 2005.
“Walter Leroy Moody telah dieksekusi atas pembunuhan Hakim Federal Robert Vance pada 1989,” kata Gubernur Alabama, Kay Ivey dalam sebuah pernyataan seperti dilansir kantor berita AFP.
“Dia juga dinyatakan bersalah atas pembunuhan pengacara Georgia,” kata Jaksa Agung Alabama, Steve Marshall.
Pada Kamis, Mahkamah Agung menolak permintaan banding dari pengacara Moody untuk menunda eksekusi dengan cara suntik mati tersebut.
Moody dinyatakan bersalah atas pembunuhan Hakim Federal Robert Vance di Birmingham, Alabama pada 1991.
Vance tewas dan istrinya luka-luka saat sebuah bom meledak di rumah mereka di Birmingham, Alabama, Desember 1989.
Adapun pengacara Georgia, Robert Robinson tewas dengan cara yang sama dua hari kemudian di Savannah, Georgia. Robinson mewakili asosiasi hak-hak warga berkulit hitam.
Bom lainnya ditemukan di kantor pengadilan banding Atlanta dimana Vance adalah anggota dan kantor asosiasi hak-hak kulit hitam di Jacksonville, Florida.
Moody berulang kali menyatakan diri tidak bersalah dan dirinya mengaku dijebak.
Menurut Sky News, pekan terakhir sebelum dieksekusi, Moody menulis surat kepada putra bungsu Vance, menyatakan diri tidak bersalah dan hanya menjadi korban dari konspirasi pemrintah. “Seandainya ayah saya dibunuh, saya ingin tahu siapa yang melakukannya,” tulis Moody. Oleh putra Vance, surat itu dibuang ke tempat sampah.
Dilansir CNN, Moody menolak makanan terakhir dari negara bagian Alabama dan hanya menyantap dua sandwich keju dan minuman saat dikunjungi rekan-rekannya di Atmore, Alabama di mana dia dieksekusi.
Dia dinyatakan tewas Kamis (19/4/2018) pukul 20.42 malam waktu setempat setelah disuntik. Moody tidak memberikan pernyataan terakhir dan tidak merespons saat petugas bertanya apakah dia punya pesan terakhir.(cn)