Berita AktualBerita Internasional

ISIS Marawi Siapkan Serangan di Indonesia

 Internasional – Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) menyebut jaringan teroris ISIS yang berperang di Marawi, Filipina, tengah bersiap melancarkan serangan di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Menurut laporan terbaru IPAC, gempuran militer di Marawi dua bulan ini mungkin bisa menghentikan pendudukan ISIS di selatan Filipina. Namun, kekalahan ISIS di sana justru bisa meningkatkan risiko serangan serupa di kota-kota lain, bahkan di negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura.

“Ini bisa (memotivasi) kerja sama lebih besar antara kelompok ekstremis Asia Tenggara dengan kepemimpinan baru jaringan ISIS Indonesia dan Malaysia, menyusul kepulangan pejuang teroris asing dari Marawi,” bunyi laporan IPAC, dikutip CNNIndonesia.com, Minggu (23/7/2017).

Dalam laporan berjudul ‘Marawi, The “East Asia Wilayah” And Indonesia’ itu, IPAC menyebut operasi militan di Marawi mendapat sokongan dana langsung dari ISIS di Suriah dan Irak. Organisasi peneliti yang berbasis di Jakarta ini juga mengungkap bahwa rantai komando ISIS dari Suriah bisa sampa ke Indonesia melalui jaringan di Filipina.

Penyebaran misi ISIS di Asia Tenggara dipimpin oleh Bahrumsyah—warga Indonesia yang menjadi salah satu petinggi ISIS di Suriah—dan rekannya, seorang mantan dosen di salah satu universitas Malaysia, Mahmud Ahmad. Keduanya selama ini disebut menyebarkan propaganda ISIS dan merekrut para pasukan teroris asing atau FTF yang ingin bergabung dengan ISIS di Marawi.

Dari Januari hingga Maret lalu, Mahmud dilaporkan menerima setidaknya US$55 ribu dari Bahrumsyah di Timur Tengah. Uang itu lantas dikirim Mahmud melalui Western Union, perusahaan jasa keuangan Amerika Serikat, untuk jaringannya di Indonesia.

Bahrumsyah juga dilaporkan memerintahkan kurir lain untuk mengirimkan sejumlah dana dari Indonesia. Sementara itu, Pejabat keamanan Filipina mengatakan ISIS mungkin telah menyalurkan dana sebesar US$600 ribu kepada Mahmud. Keduanya juga dilaporkan menyelundupkan senjata melalui sumber-sumber mereka yang tergabung dalam empat kelompok militan di Indonesia.

Bahrumsyah merencanakan propaganda pro-ISIS pertamanya pada Maret 2014 lalu dan hijrah ke Suriah tak lama setelahnya. Di sana, dia menjadi pemimpin Katibah Nusantara, jaringan ISIS di Asia Tenggara.

Sementara Mahmud, yang dikenal dengan nama Abu Handzalah, menjalani pelatihan di kamp Al-Qaidah pada 1990-an. Dia kabur ke Mindanao pada 2015 lalu, setelah kedapatan merekrut warga Malaysia untuk bergabung dengan ISIS. Mahmud juga dikenal dalam perannya menyatukan sel-sel teror di Malaysia, Indonesia, dan Filipina.

“Keputusan taktis di medan perang [Marawi] mungkin dibuat oleh komandan ISIS Filipina. Tapi, FTF Asia Tenggara yang berada di Suriah juga ikut membentuk strategi kelompok itu di kawasan untuk ke depannya, setelah perang di Marawi usai,” kata IPAC.

Pada 23 Mei lalu, pemberontak Maute yang berbaiat kepada ISIS merebut sebagian wilayah Marawi, melancarkan serangkaian perlawanan sengit pada militer Filipina dan akhirnya memaksa Presiden Rodrigo Duterte menerapkan darurat militer di wilayah itu. Sejak itu, bendera ISIS banyak berkibar di bangunan-bangunan kota berpenduduk mayoritas Muslim tersebut. Militan menggunakan taktik perang perkotaan yang didapat dari para FTF yang kembali dari Timur Tengah.

Sedikitnya 100 tentara dan polisi serta 400 teroris tewas dalam konflik Marawi. Meski pemberontak kian tertekan, IPAC menganggap “perlawanan di Marawi mengangkat prestise militan Filipina di mata ISIS.”

“Ini mengilhami ekstremis muda dari seluruh negara di kawasan untuk bergabung ke sana,” kata IPAC. (aal/cnn)