Amerika Hadapi Krisis Matematika

matematikaberitaindonesia.com – Banyak orang mengatakan bahwa matematika adalah landasan pembelajaran. Komunikasi, ilmu komputer, seni, Internet, penjelajahan antariksa — semuanya berdasarkan pada konsep-konsep matematika.

Matematika lebih dari aritmetika. Ilmuwan dan filsuf sepanjang sejarah telah menyebutnya landasan semua pengetahuan dan memuji keindahannya yang sederhana.

Namun, dalam survei internasional terbaru, Program untuk Evaluasi Murid Internasional (PISA) menempatkan AS pada posisi 27 untuk kinerja murid dalam matematika.

Dalam sebuah survei baru-baru ini menyebutkan, satu di antara tiga orang Amerika mengaku tidak pandai matematika.

Di Mercy College di Dobbs Ferry, luar kota New York, ahli matematika ternama dan dekan fakultas pendidikan, Albert Posamentier, mengemukakan alasannya.

“Guru-guru sekolah dasar di negara ini, dan juga di Eropa, adalah bagian dari populasi umum dan akibatnya mereka membawa ketidaksukaan dengan matematika secara bawah sadar, terkadang secara sadar, ke kelas. Hasilnya, pengajaran matematika di tingkat sekolah dasar kurang motivasi dan antusiasme. Antusiasme guru sangat penting dalam menarik perhatian murid pada pelajaran,” ujarnya.

Menarik perhatian anak-anak pada matematika adalah tujuan Museum Nasional Matematika (MoMath) di kota New York. Museum unik yang menyerupai taman bermain teknologi tinggi dengan lebih dari 30 atraksi.

“Sebagai bangsa kita perlu membuat anak-anak senang matematika dan sains, teknologi, serta teknik, karena itu produktivitas kita, angkatan kerja kita,” ujar Direktur Eksekutif MoMath, Cindy Lawrence.

Sementara itu Posamentier mengatakan, penting untuk diingat bahwa hubungan Amerika dengan matematika tidak selalu membuat pelajar lari.

“Lebih dari 800.000 mahasiswa asing datang setiap tahun ajaran baru untuk belajar sains, bisnis dan tentu saja matematika.” Ujarnya.