9 Penggiat Pariwisat dan Ekraf Dapat Penghargaan

SERANG,  beritaindonesianet-Sembilan penggiat pariwisata Banten mendapatkan penghargaan dari organisasi informasi alumnus Hawai University , Kalea dan Yayasan Cordova, di aula Hotel Ratu,  Kota Serang,  Banten (06/04). Mereka dianggap berjasa karena intens dalam mempromosikan wisata Banten dalam berbagai aktivitas mereka.

“Ini kan pariwisata dan industri kreatif atau seni budaya itu dimaknai dalam makna yang luas, dimana semua penggiat seni budaya, kita anggap melakukan kerja kepariwisataan dan industri kreatif,” ujar Ketua Kalea Encop Sofia usai Seminar Menggerakkan Kepariwisataan Melalui Seni Budaya dan Ekonomi Kreatif yang Inklusif, Berkeadilan Sosial serta Ramah Perempuan dan Anak.

Atas kontribusi mereka terhadap dunia pariwisata dan industri kreatif itulah, kata Encop, pihaknya merasa perlu untuk memberika mereka penghargaan. “Beberapa penggiat seni budaya kita kasih penghargaan dilihat dari kehidupan masa lalunya sampai saat ini. Seperti Bu Eneng yang dulu pernah menjadi Kadispar, tapi walaupun sekarang beliau sudah dikominfo tapi tetap memberikan perhatian terhadap seni budaya dan keadilan sosial. Kemudian Bu Nina, walaupun dia isunya di isu perempuan tapi dia masuk di dalam penjelasan aspek, termasuk seni budaya. Kemudian juga ada juga penggiat-penggilat lainnya yang semuanya total ada sembilan orang. ”

Encop berharap agar menjelang Hari Kartini 2021, semakin banyak seni budaya Banten memiliki akses yang luas, dikenal oleh masyarakat oleh Indonesiaa, dan oleh dunia, terutama oleh seni budaya yang juga peduli kepada keadilan sosial. “Termasuk ada juga diffable,” ujarnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten Siti Ma’ani Nina mengaku bersyukur dan berterimakasih atas penghargaan tersebut.

“Saya mengucapkan terimakasih kepada Yayasan Cordova dan Kalea, karena selalu menginisiasi terkait ramah perempuan dan anak,” ujar Nina.

Nina mengaku bahagia karena banyak pihak yang mau memikirkan tentang perempuan dan anak. “Ini suatu kebahagiaan, khususnya bagi DP3AKKB Provinsi Banten, ya terkait dengan bagaimana semua partisipasi masyarakat maupun semua unsur dan elemen memikirkan perempuan dan anak sehingga kesejahteraan perempuan dan anak ini tercapai, aspek dari budayanya, aspek dari inklusifnya, dan ini kan itu beririsan langsung, bagaimana perempuan dan anak ini menjadi pelaku dan pemanfaat pembangunan. Dalam hal ini, terkait dalam hal kepariwisataan ini sangat berdekatan sekali.” ujar Nina.

Nina berharap ruang gerak bagi perempuan dan anak untuk beraktivitas bisa lebih luas lagi dengan dukungan semua pihak. “Yang namanya sudah rama perempuan dan anak berarti setiap  momen, setiap lokasi, setiap kegiatan, itu perempuan dan anak merasa nyaman. Mereka itu untuk menikmati kepariwisataan maupun lainnya.”

Menurut Nina, perempuan di samping pemanfaat, mereka juga pelaku. “Karena pemberdayaan perempuan di sini bagaimana dia nanti bila nanti menerima tamu-tamu penting, kenegaraan dan sebagainya, ini juga melibatkan perempuan di sana, dan bagaimana inklusif, kita juga berarti memikirkan. Jadi ada satu sisi, baik ketenagakerjaan di sana atau SDM-nya, di sini lain sarana prasarananya, dan di sisi lain bagaimana sistem, sistem ini mengadopsi secara keseluruhan pada saat ada turis baik lokal maupun luar, perempuan dan anak merasa nyaman.”

Di samping itu, kata Nina, pegawai dan keahlian perempuan juga akan terlibat. “Terkait dengan skill, perempuan itu akan menerima turis-turis itu dengan baik.”

Dalam seminar tersebut,  Ketua Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KKPPI)  Muflihah sempapt mempertanyaan identitaa Banten berupa baju adat yang hingga kini belum ada.

“Baju adat itu ciri khas suatu daerah.  Ini menjadi PR kita bersama bagaimana para budayawan bisa membahas harus seperti apa baju adat Banten. (hen)