Berita AktualBerita Internasional

Rusia: AS Cari Alasan untuk Tekan Iran soal Nuklir

Internasional – Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov menyebut Amerika Serikat tengah mencari alasan untuk menekan Iran terkait program senjata nuklir. Salah satunya, lewat upaya Amerika Serikat mendukung demonstrasi di Iran.

Pernyataan itu diungkapkan Ryabkov menanggapi pernyataan Wakil Presiden Mike Pence yang mengatakan bahwa Washington “tidak akan diam menanggapi Iran” dan menyerukan perubahan terhadap perjanjian nuklir Iran 2015 silam.

“Jika (Amerika) sedang mencari alasan untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran yang tidak ada hubungannya dengan kesepakatan (nuklir), maka cara tersebut seharusnya tidak digunakan oleh sebuah negara besar,” kata Ryabkov, Jum’at (5/1/2018).

Iran tengah dihadapkan demonstrasi besar-besaran sejak Kamis (28/12) lalu, setelah ribuan massa yang terdapat di sejumlah kota seperti Teheran, Kermanshah, dan Sari turun ke jalan menuntut Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei lengser.

Para demonstran memprotes kenaikan harga dan dugaan korupsi yang meluas di Iran. Sebagian pedemo juga mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait keterlibatan Iran dalam konflik di Timur Tengah, seperti di Irak dan Suriah.

Dari Washington, Presiden Donald Trump menyatakan dukungannya terhadap protes antipemerintah yang telah menewaskan puluhan orang itu.

Melalui kicauannya di Twitter, Trump menyerukan perubahan dalam sistem pemerintahan Iran yang dinilainya sarat tindakan represif dan korupsi. Dia bahkan berjanji membantu warga Iran “mengambil alih” pemerintahan mereka.

Dilansir AFP, pada Kamis (4/1), Washington bahkan kembali menjatuhkan sanksi baru bagi lima perusahaan Iran yang diduga terlibat dalam pengembangan nuklir ilegal Teheran.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menggaitkan sanksi tersebut dengan demonstrasi antipemerintah di Iran. Dia mengatakan Iran seharusnya lebih banyak menggunakan uangnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari pada untuk membangun senjata terlarang.

Iran menganggap pernyataan Trump sebagai bentuk campur tangan AS terhadap urusan domestik negara di Timur Tengah tersebut.

Merespons hal ini, sejumlah pihak menyatakan kekhawatiran terhadap potensi campur tangan negara lain dalam situasi di Iran saat ini.

Rusia melalui Ryabkov juga mengingatkan Gedung Putih agar tidak mengintervensi masalah internal Teheran.

Di tangan Trump, AS menunjukan sikap kerasnya terhadap Iran karena terganggu dengan program senjata rudal dan nuklir negara itu. Dia bahkan menyebut perjanjian nuklir Iran, yang berhasil disepakati oleh pendahulunya, Barrack Obama, pada 2015 lalu sebagai kebijakan yang gagal.

Kesepakatan Nuklir berhasil disetujui Iran bersama AS, Inggris, Rusia, Perancis, China dan Uni Eropa pada 2015. Kebijakan itu menghapuskan sejumlah sanksi ekonomi Iran, dan sebagai gantinya Teheran harus menghentikan pengembangan nuklir. (ugo/afp/cnn)