Makna resolusi Yerusalem PBB untuk Israel, Palestina dan Donald Trump

Internasional – PBB akhirnya memberikan suara nyaris absulot menentang pengakuan Presiden Amerika Serikat bahwa Yerusalem ibu kota Israel lewat voting dalam sidang istimewa darurat Majelis Umum PBB mengenai Yerusalem, Kamis kemarin di markas PBB, New York.

128 negara anggota Majelis Umum menyatakan mendukung resolusi yang mendesak Amerika Serikat mencabut pengakuan Yerusalem ibu kota Israel, sedangkan sembilan negara menentang, 35 abstain, dan 21 negara tidak memberikan suara.

Sembilan negara yang menentang adalah AS dan Israel, dan tujuh negara yang berada di pelataran depan Amerika Serikat di Amerika Tengah dan negara-negara liliput di Pasifik.  Ketujuh negara itu adalah Guatemala, Honduras, Kepulauan Marshalls, Federasi Mikronesia, Nauru, Palau, dan Togo.

Hasil resolusi ini dapat diartikan sebagai pertarungan antara seluruh dunia melawan Amerika Serikat dan Israrel. Tak hanya itu resolusi itu membuat kebijakan luar negeri Donald Trump dalam tanda tanya besar, dan sekaligus membuat jalan menuju proses perdamaian Timur Tengah menjadi tidak menentu.

Berikut adalah makna resolusi itu bagi Israel, Palestina dan Donald Trump, menurut harian Inggris The Independent.

Mengapa dunia mendukung resolusi itu?
Resolusi ini adalah reaksi terhadap pengakuan resmi Donald Trump bahwa Yerusalem ibu kota Israel.  Resolusi ini menjadi pesan tegas dunia bahwa status Yerusalem harus ditentukan lewat meja perundingan dan sekaligus mengungkapkan penyesalan mendalam atas perubahan yang menyalahi aturan.
Berkaitan dengan niat Trump memindahkan kedutaan besar AS di Israel ke Yerusalem, resolusi ini meminta semua negara untuk menahan diri dalam membuka misi diplomatik di Kota Suci Yerusalem.
Sebagai perbandingan, komposisi pro-kontra resolusi ini adalah 129 melawan 9. Sedangkan saat PBB menggelar voting untuk resolusi “status pengamat” Palestina di PBB pada 2012, komposisi suara pro-kontra adalah 138 melawan 9.

Apa jadinya sekarang?

Resolusi ini tak banyak mengubah keadaan. Resolusi ini hanya merupakan penolakan terhadap sikap AS, ketimbang seruan untuk mengubah kebijakan sebuah negara. Oleh karena itu lebih berarti simbolik, kendati jelas berdampak nyata terhadap diplomasi AS dan hubungannya dengan negara-negara lain.
Dubes AS di PBB Nikki Haley mengancam akan membalas perlakuan negara-negara yang menentang pendirian AS soal Yerusalem. Tapi ancaman ini hanya retorika atau mungkin saja memang merupakan pembalikan besar dalam cara AS memimpin dunia dan cara negara ini menggelontorkan bantuan kemanusiaan.  Waktu yang akan membuktikan apakah ancaman itu diwujudkan atau gertak sambal belaka.

Apa artinya bagi Israel?
Bagi Israel, resolusi ini adalah mengonfirmasi status quo global. Ketika banyak orang Israel menganggap Yerusalem ibu kota abadi yang tak terpisahkannya, dunia justru tetap menganggap penguasaan Israel atas Yerusalem adalah ilegal karena dicaplok saat Perang 1967 yang juga dikenal dengan Perang Enam Hari.
Pada 2016, Dewan Keamanan PBB meloloskan resolusi mengecam tindakan Israel di wilayah-wilayah Palestina, termasuk Yerusalem Timur, karena berusaha mengubah paksa “komposisi demografis, karakter dan status” wilayah-wilayah Palestina itu. Resolusi itu termasuk pembangunan permukiman dan penceraiberaian Palestina, di mana AS secara mengejutkan abstain.
Resolusi terpisah tahun lalu telah diadopsi Majelis Umum, mengenai tuduhan kepada Israel melanggar Konvensi Jenewa di wilayah-wilayah Palestina yang didudukinya, termasuk Yerusalem Timur.

Apa artinya untuk Palestina?
Bagi Palestina, resolusi ini adalah penegasan atau pembenaran untuk posisinya selama ini.  Resolusi ini juga menunjukkan Palestina mendapatkan dukungan sangat luas dari dunia, termasuk PBB yang merupakan lembaga yang secara historis sangat bersimpati kepada perjuangan Palestina.
Juru Bicara Presiden Palesta Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdainah, menyebut resolusi ini sebagai “kemenangan bagi Palestina”.  Palestina kini menganggap PBB mitra yang lebih baik ketimbang AS dalam penentuan nasib sendirinya.
“Kami akan terus melanjutkan upaya kami di PBB dan di semua forum internasional demi mengakhiri pendudukan ini dan mendirikan negara Palestina kami dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” kata Nabil Abu Rdainah.

Apa artinya bagi Trump?

Kembali, enggak jelas.  Dari awal, Trump skeptis terhadap tanggung jawab global Amerika karena dia sendiri mempromosikan platform yang fokus ke masalah domestik lewat jargon “America First“.
Dia mengkritik sekutunya di NATO karena tak proporsional membayar iuran, menarik AS dari perjanjian iklim dunia, dan berulang kali membuat sekutu-sekutu abadinya tidak nyaman. Saat mengakui Yerusalem ibu kota Israel, Trump sama sekali tak mempedulikan suara dunia. Bahkan pekan ini dia mengancam akan menghentikan bantuan ekonomi kepada negara-negara yang mendukung resolusi yang meminta AS mencabut pengakuan Yerusalem ibu kota Israel.  Jadi, semuanya enggak jelas. (ant)