- Inilah Susunan Pengurus Lengkap PWI Pusat 2025–2030
- TMS Compas Serang Banten Raih Prestasi Gemilang di Walikota Cup 4 Jakarta Utara 2025
- DPMD Provinsi Banten Dorong Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu untuk Pencegahan Stunting dan Penguatan Peran Sosial
- Pamitan Tanpa Air Mata, Danrem 064/MY Tinggalkan Kenangan dengan Senyum
- PWI Kota Tangsel Jalin Sinergi dengan Satpol PP, Bahas Kolaborasi Strategis di Bidang Edukasi Publik
Sudah Ada 88 Gudang Terapkan Sistem Resi Gudang
Jember|beritaindonesianet.com – Kementerian Perdagangan Republik Indonesia menyatakan telah memiliki 117 gudang yang dipersiapkan untuk menerapkan Sistem Resi Gudang (SRG). Dari 117 gudang tersebut, 88 gudang di antaranya sudah memiliki izin SRG.
“Jumlah itu kami bangun sejak kurun waktu 2009- 2014, dan belum semuanya memiliki izin SRG,” kata Kepala Bagian Pembinaan Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Yuli Eko Sugiarto, usai acara peresmian gudang untuk SRG di Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, Jember Jawa Timur, Rabu (29/10/2014).
Dari 88 gudang SRG tersebut, total nilai komoditas yang bisa disimpan mencapai Rp 353 miliar, dengan total pembiayaan yang sudah dikeluarkan sebanyak Rp 218 miliar. “Jadi pembiayaannya maksimal 70 persen dari nilai total barang, ini kan sudah hampir 70 persen,” ujar Yuli. “Total komoditanya mencapai 70.225 ton, terdiri atas beras, gabah, jagung, rumput laut, dan kopi.”
Menurut Yuli, pada 2014 ada 23 unit gudang yang dibangun oleh Kementerian Perdagangan untuk penerapan sistem ini. “Masih dalam proses pembangunan, dan memang disiapkan untuk gudang SRG,” kata dia.
Salah satu ketua kelompok tani, Edi Suryanto, mengaku bersyukur karena gudang SRG di Jember akhirnya dioperasikan. “Kami sudah lama nunggu gudang ini beroperasi, sebab sangat banyak sekali manfaat yang kami dapatkan dari gudang SRG,” ucap dia.
Edi mengatakan, gudang dengan sistem resi ini akan memberikan kesempatan petani menyimpan komoditas tanpa hilang maupun turun kualitas.
“Sudah gitu petani yang tidak mempunyai agunan, barangnya yang di sini bisa digunakan (sekaligus) sebagai agunan. Kan banyak manfaatnya, barangnya tidak hilang, dapat uang dengan bunga yang sangat kecil, pokoknya sangat bermanfaat bagi petani,” tutur Edi.