Jawa Barat – Sebanyak 40 warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Cikarang Kabupaten Bekasi, Jawa Barat belajar menjadi dai atau pendakwah dengan mengikuti pelatihan kader dai dan pengembangan manajemen masjid.
“Sudah menjadi kewajiban kita melakukan pembinaan, salah satunya pembinaan kepribadian melalui kegiatan kerohanian kali ini,” kata Kepala Lapas Cikarang, Kadek Anton Budiharta, di Cikarang, Kamis.
Kegiatan yang terselenggara atas kerja sama Lapas Cikarang dengan Yayasan Dompet Dhuafa dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bekasi itu rencananya berlangsung pada 22 November – 6 Desember 2018.
“Jadi ada dua materi, pelatihan dai dan manajemen masjid. Seminggu dua kali, pengisi materinya dari Dompet Dhuafa dan MUI Kabupaten Bekasi,” katanya.
Agar fokus kegiatan tetap terjaga, pihaknya terlebih dahulu melakukan seleksi peserta, di mana hanya 40 warga binaannya yang dapat mengikuti kegiatan tersebut. Seleksi itu meliputi tingkat keaktifan calon peserta dalam sejumlah kegiatan kerohanian di masjid Lapas setempat.
“Sebetulnya inginnya semua warga binaan kita ikutkan, terlebih antusias mereka tinggi. Namun pihak Dompet Dhuafa membatasi peserta agar kegiatan tetap fokus,” katanya.
Kadek berharap, peserta pelatihan dapat menyerap ilmu secara optimal selama kegiatan berlangsung sehingga saat kembali ke masyarakat nanti mereka mampu menerapkannya sebagai dai hasil binaan Lapas Cikarang.
“Semoga mampu menciptakan dai-dai kondang ke depan dari hasil dari pelatihan ini. Ini luar biasa, warga binaan kami hebat, begitu keluar dari Lapas bisa menjadi dai. Untuk yang lainnya, mudah-mudahan ada kegiatan serupa berikutnya agar semua berkesempatan menerima pelatihan ini,” katanya.
Koordinator Program Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa, Nur Taufan mengemukakan, hasil pelatihan serupa di Lapas lain sebelumnya terbukti mampu menciptakan kader-kader dai yang mengimplementasikan wawasan serta ilmunya ke masyarakat luas.
“Ada beberapa peserta pelatihan yang berhasil menjadi dai saat keluar dari Lapas. Baik muazin, pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Masjid), maupun penceramah, itu semua masuk kategori dai,” katanya.
Setidaknya dengan pelatihan ini ada sedikit perbaikan, semisal menjadi tahu cara pemberdayaan masjid, hafal Al Quran, bahkan ahli berdakwah.
“Kalau untuk warga binaan khususnya, antusiasme mereka sangat besar. Karena jika dilihat dari latar belakang, masa lalunya kurang baik jadi ada kesadaran untuk berubah. Ini sekaligus menjadi motivasi kita juga yang berada di luar Lapas. Mereka yang di dalam Lapas saja bisa dan mau belajar lebih baik lagi, masa kita tidak,” demikian Nur Taufan. (ant)