Serang – Walaupun memiliki keterbatasan modal, indikator kinerja keuangan Bank Banten menunjukkan pertumbuhan signifikan. Salah satunya dengan meningkatnya total aset sebesar 10,66 persen dari Rp 7,36 triliun pada Juni 2017 menjadi Rp 8,15 triliun pada Juni 2018.
“Ada peningkatan aset sebesar 10,66 persen dibandingkan tahun 2017 lalu. Ini sebuah indikasi baik di tengah keterbatasan yang kami miliki,” kata Dirut Bank Banten, Fahmi Bagus Mahesa kepada wartawan seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Banten di Hotel Horison Serang, Selasa (9/10/2018).
Tak hanya soal aset, Fahmi juga menuturkan kalau dana pihak ketiga yang masuk ke bank yang saham yang mayoritas dikuasai Pemprov Banten ini juga mengalami kenaikan signifikan dari Rp 5,97 triliun pada tahun 2017 menjadi Rp 6,24 triliun pada tahun 2018 ini. Peningkatan serupa juga terjadi pada realisasi penyaluran kredit.
“Pertumbuhan kredit yang berhasil direalisasi Bank Banten juga cukup besar dari Rp 4,01 triliun pada Juni 2017 meningkat jadi Rp 5,65 triliun pada tahun 2018 ini atau meningkat sebesar 41,05 persen. Dan yang menarik bahwa sebagian besar kredit yang diberikan adalah kredit yang minim resikonya,” tutur Fahmi.
Dirut berharap dengan adanya penguatan modal sebesar Rp 175 milyar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBDP) 2018 yang akan segera dicairkan oleh Pemprov Banten tersebut, bank plat merah ini akan terus mampu meningkatkan kinerja keuangannya. Sehingga bank yang masih merugi ini di kemudian hari akan semakin membaik. Apalagi jika di tahun 2019 mendatang, Pemprov dan DPRD Banten jadi mengucurkan dana sebesar Rp 165 milyar lagi melalui APBD murni.
“Selain mengajukan penguatan permodalan lewat APBD Pemprov Banten, pihaknya juga akan melakukan right issue termasuk mendukung rencana pengalihan modal dari saham Pemprov Banten di BJB ke Bank Banten. Kalau ini berhasil, akan ada suntikan dana segar sebesar Rp 1 triliun. Selain itu kami juga terus berusaha bekerja sama dengan seluruh instansi yang ada di Provinsi Banten melalui progam e-samsat termasuk mengembangkan aplikasi pembayaran PBB lewat handphone,” cetusnya.
Sasar Kredit ASN
Sementara Direktur Bank Banten, Jaja Jarkasih menyatakan dalam rangka memperluas nasabahnya, karena Bank Banten merupakan bank plat merah, maka pihaknya menyasar para pegawai negeri sipil (PNS) di seluruh Provinsi Banten untuk jadi calon pemohon kredit. “Ada banyak kredit kompetitif yang akan kami berikan kepada para aparatur sipil negar (ASN) di Banten,” cetus Jaja.
Jaja menjelaskan bahwa alasan pihaknya menyasar para pegawai pemerintah karena begitu besarnya jumlah pegawai negeri yang ada di Banten. “Saat ini saja tercatat ada sebanyak 96 ribu lebih pegawai yang ada di lingkungan pemda se-Banten dan jumlah ini sangat potensial. Sementara jumlah pegawai yang dapat kami layani baru 10 ribu saja. Itu artinya akan ada 87 persen lagi potensi ASN yang belum tergarap,” cetusnya.
Selain menyasar pada para ASN, Bank Banten juga akan berusaha untuk menyasar para pelaku industri rumahan yang menjadi binaan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana Provinsi Banten. “Ada ribuan pelaku industri rumahan yang akan kami bantu permodalannya,” cetus Jaja. (cr5/gin)