Berita AktualBerita Internasional

Wilayah Muslim di Rusia, Tempat Lahir Khabib Nurmagomedov

Internasional – Baru-baru ini, nama Khabib Nurmagomedov menjadi terkenal setelah dirinya berhasil mengalahkan Conor McGregor dan mempertahankan gelar juara dunia kelas ringan pertarungan bebas UFC di T-Mobile Arena, Las Vegas, Minggu (7/10).

Khabib merupakan pegulat MMA yang lahir dan besar di Dagestan, Rusia. Ia tercatat tak pernah kalah dalam 27 pertandingan yang diikuitinya. Keberhasilannya ini tak lepas dari pelatihan yang dilakukan ayahnya Abdulmanap Nurmagomedov yang terus melatih Khabib sejak usia delapan tahun.

Republik Dagestan merupakan sebuah wilayah di pegunungan Kaukasus, Rusia. Dagestan memiliki populasi penduduk sebanyak 2,5 juta yang sebagian besar kaum Dagestan adalah keturunan muslim sunni.

Islam datang ke tanah Dagestan sejak 1.000 tahun silam. Islam dibawa oleh pasukan asing dari Arab, Persia , Turki dan Mongol. Tokoh penting yang tidak bisa dilepaskan dari besarnya Islam di Dagestan adalah keberadaan para syamil, atau ulama mujahid, seperti dikutip Detik.

Pegunungan

Nama Dagestan memiliki arti “tanah diantara pegunungan.” Puncak pegunungan di beberapa wilayah tertentu hanya dapat diakses dengan menggunakan helikopter.

Republik ini merupakan wilayah yang terdiri dari 40 etnis berbeda. Kebanyakan dari mereka adalah etnis Avar, Dargins, Kumyks, Lezgis, dan Rusia. Namun, etnis Rusia hanya 10 persen diantaranya.

Suku Avar merupakan kelompok etnis terbesar di wilayah ini. Hampir seperlima penduduk Dagestan merupakan kelompok etnis Avar. Avar adalah etnis muslim terbesar di Dagestan. Jumlahnya mencapai 800 ribu jiwa dari 2,9 juta jiwa populasi di Dagestan.

Ibukotanya Dagestan, Makhachkala yang berada di wilayah pantai Laut Kaspia Rusia berhasil ditaklukkan oleh tentara Kekaisaran Rusia pada abad ke-19. Kota ini sekarang berfungsi sebagai pelabuhan perdagangan utama.

Dilansir dari Russia beyond, penduduk Dagestan memiliki satu masalah dimana banyak orang-orang takut untuk mengunjungi mereka. Hal ini dikarenakan orang-orang banyak menganut paham bahwa tidak akan ada hal baik yang pernah terjadi di republik yang terletak di pegunungan.

Republik ini merupakan wilayah yang terdiri dari 40 etnis berbeda. Kebanyakan dari mereka adalah etnis Avar, Dargins, Kumyks, Lezgis, dan Rusia. Namun, etnis Rusia hanya 10 persen diantaranya.

Suku Avar merupakan kelompok etnis terbesar di wilayah ini. Hampir seperlima penduduk Dagestan merupakan kelompok etnis Avar. Avar adalah etnis muslim terbesar di Dagestan. Jumlahnya mencapai 800 ribu jiwa dari 2,9 juta jiwa populasi di Dagestan.

Ibukotanya Dagestan, Makhachkala yang berada di wilayah pantai Laut Kaspia Rusia berhasil ditaklukkan oleh tentara Kekaisaran Rusia pada abad ke-19. Kota ini sekarang berfungsi sebagai pelabuhan perdagangan utama.

Dilansir dari Russia Beyond, penduduk Dagestan memiliki satu masalah dimana banyak orang-orang takut untuk mengunjungi mereka. Hal ini dikarenakan orang-orang banyak menganut paham bahwa tidak akan ada hal baik yang pernah terjadi di republik yang terletak di pegunungan.

Tempat kelahiran pejuang

Dilansir dari Reuters, Dagestan merupakan tempat kelahiran Imam Shamil, seorang pejuang legendaris yang pada abad ke-19 mempelopori perlawanan sengit oleh suku Chechny dan Dagestan untuk penyebaran kekaisaran Rusia. Namanya masih dihormati oleh banyak orang di kedua republik.

Shamil merupakan pejuang yang menolak pemerintahan Rusia selama 25 tahun. Dirinya sangat dihormati di Dagestan, sehingga banyak nama jalan dan beberapa tempat yang dinamai dengan namanya.

Setelah jatuhnya Uni Soviet, wilayah ini menjadi terkenal karena banyaknya pelanggaran hukum dan korupsi. Kepemilikan senjata api, penculikan, dan pembunuhan merupakan hal yang biasa terjadi.

ada 1990-an, panglima perang separatis dari negara tetangga Chechny secara terbuka memimpin operasi bersenjata di Dagestan pada beberapa kesempatan. Mereka menahan ratusan sandera di rumah sakit di berbagai kota Budennovsk dan Kizlyar. Puluhan orang tewas akibat serangan itu, seperti dikutip dari BBC.

Berbagai unsur radikal mulai mempengaruhi kaum muslim Dagestan untuk memiliki tendensi Wahabi yang lebih fundamentalis.

Pada Agustus 1999, sebuah badan Islam mendeklarasikan sebuah negara merdeka di beberapa wilayah bagian Dagestan dan Chechny. Mereka menyerukan kepada kaum muslim untuk mengangkat senjata dalam menghadapi Rusia dalam perang.

Pada 2010, Rusia menuduh kepala militan Dagestan, Magomed Vagabov berada dibalik serangan bom bunuh diri terhadap Rusia yang menyebabkan 39 orang tewas. Pasukan Rusia membunuh Vagabov di Dagestan sebagai balas dendam atas serangan itu. (cin/eks/cnn)