PM Inggris: Rusia Sangat Mungkin Dalangi Serangan ke Eks Agen

Internasional – Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengatakan bahwa Rusia sangat mungkin menjadi dalang di balik serangan racun terhadap mantan agen ganda bernama Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia, pada pekan lalu.

“Pemerintah sudah menyimpulkan bahwa sangat mungkin Rusia bertanggung jawab atas tindakan terhadap Sergei dan Yulia Skripal,” ujar May di hadapan Dewan Perwakilan, Senin (12/3/2018).

May melontarkan dugaan setelah hasil penyelidikan menunjukkan bahwa Skripal terpapar racun Novichok, jenis senjata kimia yang dikembangkan oleh Rusia. Menurut May, Rusia kerap menggunakan racun itu untuk membunuh “pembangkang.”

Ia mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, juga sudah memanggil duta besar Rusia untuk meminta mereka menjelaskan mengenai program Novichok kepada lembaga pengawas senjata kimia global.

Johnson juga meminta perwakilan Rusia itu untuk mengonfirmasi, serangan kepada Skripal itu “tindakan langsung oleh Rusia terhadap negara kami” atau Moskow “kehilangan kendali” atas salah satu agen yang memanfaatkan jabatannya.

“Dia meminta respons pemerintah Rusia di akhir hari besok [Selasa],” ucap May.

May kemudian mengatakan bahwa jika tidak ada “respons kredibel” dari Rusia, Inggris akan menyimpulkan bahwa insiden ini adalah “penggunaan kekuatan tak sesuai hukum oleh Rusia terhadap Inggris” dan bakal menanggapi dengan keras.

Tak lama setelah May berbicara di hadapan parlemen, Rusia langsung memberikan bantahan dan mengatakan bahwa semua pernyataan Inggris hanya “pertunjukan sirkus” untuk melemahkan kepercayaan publik menjelang Piala Dunia di negaranya.

Sementara itu, sejumlah pemimpin dunia juga angkat suara. Presiden Perancis, Emmanuel Macron, menyampaikan rasa solidaritasnya dengan Inggris saat menelepon May.

Menlu AS, Rex Tillerson, bahkan mengatakan, “Kami sepakat bahwa mereka yang bertanggung jawab, baik itu yang melakukan kejahatan dan yang memerintahkannya, harus diganjar konsekuensi serius.”

Skripal sendiri dilaporkan sempat dekat dengan seorang konsultan di perusahaan penghimpun bocoran kontroversial mengenai kedekatan Presiden Donald Trump dengan Moskow.

Skripal dan putrinya, Yulia, ditemukan tak sadarkan diri di sebuah bangku pusat perbelanjaan di Salisbury, Minggu (4/3). Polisi mengonfirmasi bahwa keduanya terpapar racun saraf atau zat kimia yang bisa melumpuhkan sistem saraf tubuh hingga menimbulkan kematian.

Pada 2006, Skripal divonis 13 tahun penjara di Rusia atas tuduhan mengkhianati intelijen Rusia dengan menjadi agen tim mata-mata Inggris, MI6, sejak 1990-an. Rusia menuding Skripal menerima US$100 ribu untuk tiap informasi yang diberikan.

Skripal kemudian mendapatkan perlindungan di Inggris di bawah kesepakatan pertukaran mata-mata antara AS dan Rusia pada 2010. (has)